Wanita Biasa dengan Pemikiran Luar Biasa
Rabu, 24 Agustus 2016
Maya Miranda Ambarsari
Bagikan

Wanita Biasa dengan Pemikiran Luar Biasa

Wajahnya yang cantik dengan balutan busana yang pas menunjukkan ia pandai menampilkan diri. Sorot matanya yang ramah juga menandai jika ia sosok yang terbuka dan bersahabat. Sementara gayanya yang luwes, menggambarkan bagaimana ibu 1 anak ini begitu menikmati hidupnya.

Ya, itulah kesan yang membekas saat menjumpai Maya Miranda Ambarsari di rumahnya yang asri. Mengenakan busana batik lembut berwarna kebiruan dengan paduan kain senada, Maya –begitu President Director pada empat perusahaan penambangan emas ini disapa-, menyambut kedatangan WI dengan akrabnya. Seolah kami sudah kenal sekian lama.

“Karena WI mau datang nih, saya berpakaian begini. Biasanya mah lebih suka yang praktis.” Begitu ia berujar saat WI memuji penampilannya yang cantik dan luwes. Tak berlebihan memang. Hari itu Maya tampil memukau dalam balutan batik dan aneka aksesoris emas yang tanpa ia sadari mendominasi tubuh dan rumahnya.

“Iya juga ya. Saya baru sadar kalau di rumah ini juga banyak ornamen bernuansa emas, ha,ha,ha.” Maya menjawab dengan tawa saat ditanya apakah warna-warna tersebut ada hubungannya dengan usaha penambangan emas yang ia rintis bersama suami tercinta, Andreas Reza.

Lebih lanjut wanita berambut ikal sebahu ini menceritakan, tak ada keterkaitan antara 2 hal tersebut. Karena di lantai 2 dan 3 rumah yang ia rancang dan desain sendiri itu sebenarnya memiliki nuansa lain.

Cantik Luar Dalam

Maya yang  hobi berkebun ini memang berperan sebagai arsitek sekaligus desainer interior rumahnya sendiri. Sebuah pekerjaan yang sebenarnya jauh, bahkan tidak ada hubungannya dengan latar pendidikan yang pernah ia tempuh. Maya adalah Sarjana Hukum dari Universitas Pancasila Jakarta, dan meraih gelar Master di bidang International Business dari Swinburne University of Technology, Melbourne.

Namun toh hasilnya tak kalah dari pekerja profesional. Buktinya beberapa majalah sudah mengabadikan berbagai sudut rumahnya sebagai salah satu inspirasi. Ketika ditanya tentang kemungkinan untuk mengembangkan salah satu bakat terpendamnya itu, tersenyum penggemar barang antik ini menjawab, “Mungkin suatu saat nanti.”

Begitulah Maya yang tak pernah berhenti belajar dan mengeksplor kemampuan serta bakatnya. Ia pantang membuang kesempatan.

“Mau belajar adalah dasar dari semuanya. Sejak kecil saya dilatih untuk mandiri, belajar sendiri. Ayah karena berdarah Jawa mengajari Asta Brata (8 sifat kepemimpinan), yang kurang lebih bermakna, ‘Bukalah hatimu seluas mungkin bagai samudra, jadilah air yang selalu mengikuti arus yang baik. Dan saat menghadapi suatu masalah kamu harus sangat kuat.’ Begitulah kurang lebih filosofi orang tua,” cerita Maya, bersyukur dengan didikan sang ayah, M. Yusuf.

Sementara sang Ibu, Alm. Emmylia Latifah Yusuf yang berdarah Sumatra, diakuinya memberi bekal bagaimana ia harus bersikap sebagai seorang wanita.

“Katanya, wanita itu harus ramah, baik tapi tidak murahan, dan menjunjung tinggi martabatnya.  Seorang wanita juga harus punya brain dan behave yang baik, sehingga cantik luar dalam,” Maya mengingat nasihat Ibunda.

Rumahku Rumah Publik

Bungsu dari 3 bersaudara ini mengenang, sejak remaja ia memang suka mencoba segala sesuatu dan selalu haus pengetahuan. Maka dunia modeling pun pernah ia selami, bahkan sampai melenggang di catwalk negara tetangga. Ia juga senang menjalani pekerjaan sebagi MC (Master of Ceremony) dan berbagi pengalaman dengan mengajar. Tak berhenti di situ, pecinta pernak-pernik ini pun menjajal desain busana. 

Tampaknya itulah yang memberi bekal baginya untuk bekerja dengan praktis dan memandang segala sesuatu dengan lebih bijak.  Lihat saja rumahnya yang unik dan luas. Unik karena segalanya didesain sendiri menurut selera dia yang memang tinggi. Luas karena sifat keterbukaannya.

Tak heran bila penggemar aneka bacaan ini menyebut kediamannya itu sebagai ‘Rumah Publik’. Selain para pekerja yang sering melakukan koordinasi di sana, setiap akhir pekan rumah ini menjadi tempat pengajian dari berbagai kelompok. Mulai dari para sahabat di organisasi hingga masyarakat perkampungan di sekitar rumahnya. Belum lagi jika para Srikandi dari perkumpulan istri perkawinan campuran ingin mengadakan sebuah pertemuan.

Bahkan wanita yang juga hobi memasak ini menyediakan salah satu rumahnya yang kosong untuk masyarakat. Pertemuan warga kompleks bahkan sampai hajatan warga sekitar pernah dilakukan di sana. Tentu saja tanpa dipungut biaya.

Saatnya Kerja Smart

Perusahaan penambangannya, PT. Indo Multi Niaga, PT. Indo Multi Cipta, PT. Indo Mineral Nusantara, dan PT Mining Kencana Resources, kini sudah mulai berjalan dengan sendirinya. Maka, ketika seseorang menanyakan bagaimana ia mengatur waktu dan pekerjaannya. Dengan ringan ia akan menjawab, “Saatnya kerja smart.”

“Karena sekarang ini sudah bukan work hard lagi. Kerja keras itu terjadi pada saat awal membangun. Saat itu kita harus melihat bagaimana peluang dan kondisinya di pedalaman sana, dan apakah orang-orang yang akan menangani itu cukup kompeten. Karena penambangan emas itu kan pekerjaan yang berisiko tinggi. Sudah keluar berapa miliar pun belum tentu berjalan kan. Namun setelah itu berjalan, saatnya kerja smart.”

 Yang dimaksud Maya adalah bagaimana mempekerjakan orang yang ahli di bidang masing-masing.

“Alhamdulilah ini kan sudah berjalan semua. Sekarang sampai pada tahap dimana orang-orang memberikan laporan, dan kita melihat perkembangannya seperti apa,” cerita Maya.

       

Boks : Melakukan Sesuatu untuk Orang Lain

Maya bahagia dengan perusahaan yang ia kelola  karena bisa memperkerjakan masyarakat lokal, di Banyuwangi dan Kalimantan.

“Ya, hampir seluruh pekerja, yakni 90% adalah orang lokal. Sehingga bukan hanya orang yang bekerja pada kita yang mendapatkan manfaatnya, tapi juga istri dan anak-anaknya. Karena hampir semua pekerja itu laki-laki, kami jadi berpikir, ‘Oke, kalau laki-lakinya bekerja pada kita, nah istri-istrinya diapakan ini, supaya juga ada kegiatan?’  Akhirnya kita dirikan koperasi, lalu kita memesan makanan dari mereka. Jadi, mereka saling berkarya kan?” ujarnya, tersenyum. 

Kini, wanita yang sedang menjalani program untuk kembali mengandung ini tak melulu memikirkan keuntungan sebuah bisnis.

“Intinya, kita sudah tidak berbicara komersil. Toh kalau ini berjalan terus, suatu saat juga akan memberikan profit. Tapi lebih dari itu saya bahagia sudah melakukan sesuatu untuk manusia lainnya. Inti dari kehidupan itu kan tidak jauh ya. Pada saat kita masih bisa melakukan sesuatu yang terbaik ya lakukanlah. Saya bahagia dengan yang saya punya. Apalagi ada suami yang selalu mendukung dan anak yang baik.”

Begitu Maya merasa lengkap. Meski tetap saja ia mengaku sebagai wanita biasa. “Sebenarnya saya ini ordinary wowan. Tapi saya merasa diberi kesempatan untuk menjalankan semua dengan lilahitaallah. Saya selalu ingat filosofi yang diajarkan orang tua, katanya, dalam menjalankan kehidupan maupun memimpin perusahaan saya harus seperti Nabi Muhammad, yakni jujur, menjunjung tinggi kebenaran, dan menjalankan amanah sebaik mungkin. Selain itu harus membuat suasana yang terbuka dan merengkuh serta mau belajar,” pungkasnya, benar.

 

Source : http://iwitaindonesia.blogspot.co.id/2016/03/maya-miranda-ambarsari-sebaik-baik.html

Komentar

Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar