The Art of Business Maya Miranda Ambarsari
Minggu, 28 April 2019
Maya Miranda Ambarsari
Bagikan

The Art of Business Maya Miranda Ambarsari

 Bukan hanya cantik, tutur kata yang diucapkannya juga sangat menginspirasi, terutama bagi mereka yang bergelut di dunia bisnis. Berbincang dengan seorang Maya Miranda Ambarsari seolah menyeret kita menuju pengalaman-pengalaman yang menakjubkan.

Aura optimis yang terpancar dari ibu Muhammad Khalifah ini menular seperti virus bagi lawan bicaranya. Berbagai jabatan mentereng dan prestasi prestisius yang disandangnya tidak lantas membuat Maya menjadi seorang business woman yang super sibuk hingga melupakan tugas paling mulia sebagai ibu rumah tangga.

Maya tidak pernah menganggap diri sebagai super woman atau pun wonder woman, padahal bisnis yang digelutinya, sudah termasuk perusahaan berskala multinasional. Dirinya tetap menyadari, sehebat apapun seorang wanita, tugas mulia sebagai istri dan ibu rumah tangga adalah hal utama.

“Berbisnis harus kreatif, tentunya kita harus membina jaringan. Kepintaran saja tidak cukup dalam berbisnis, skill it’s not enough, you must have networking. Kesulitan pasti ada, tetapi bukankah suka duka itu seni dalam menjalankan bisnis. That’s the art of doing the business,” ujar istri Andreas Reza Nazaruddin ini.

Maya adalah co-founder dan juga shareholder PT. Merdeka Copper and Gold Tbk, perusahaan gold mining terbesar kedua setelah Freeport. Perusahaan ini dirintisnya dari bawah, hingga kini berhasil go public menjadi perusahaan terbuka. PT. Merdeka Copper and Gold Tbk telah melantai bursa dengan mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia sebagai emiten ke-512 dengan kode saham MDKA.

Selain itu, saat ini Maya bersama sang suami dan partner bisnisnya sedang fokus mengembangkan sektor properti, salah satunya adalah proyek Condotel di Cisarua. Di industri properti sebenarnya Maya sudah memiliki delapan hospitality dengan konsep Boutique Guest House dengan brand Elliottii Residence. Tersebar di kawasan-kawasan elit Jakarta.

Elliotti menawarkan konsep yang berbeda-beda dan unik. Ini berawal dari kesenangan Maya akan art & interior design. Hobi Maya mendesain ruang tersalurkan, itu sebabnya konsep dan design tiap kamar berbeda beda. Dalam satu Boutique Guest House, kamar yang satu bisa berkonsep Monaco sementara yang lain berkonsep Rome atau England.

Maya mengaku sangat tertarik dengan industri properti, utamanya yang berhubungan dengan hospitality. Itulah sebabnya mengapa Tree Land Propertindo, perusahaan properti yang sedang dikembangkannya, akan berfokus pada core business perhotelan.


“Salah satu yang membuat saya tertarik di properti karena saya sangat suka menata sesuatu, menata ruang, saya suka art & interior design. Saya merasa ini adalah passion saya dan saya sangat menikmatinya. Seperti di Boutiqe Guest House kami, Elliottii, setiap ruang pasti design-nya berbeda-beda.”

“Tiap kamar, saya terapkan konsep yang berbeda, jadi lebih unik dan menarik. Saya tertantang lebih jauh lagi di properti, lalu bersama suami dan partner bisnis dengan bendera Tree Land kami kembangkan condotel di kawasan Cisarua, Puncak,” kata Maya.

Jebolan Master of International Business, Swinburne University of Technology, Melbourne ini memang jeli melihat peluang bisnis. Bagaimana tidak, saat ini pemerintah tengah gencar mendorong Indonesia menjadi travel destination & business destination dunia. Kebutuhan hospitality tentu meningkat.

Meski disibukkan dengan berbagai bisnis, Maya juga selalu meluangkan waktu untuk berbagi kepada banyak orang. Dia sangat antusias menjelaskan tentang Rumah Belajar Miranda yang didirikannya beberapa tahun lalu. Awalnya, sang ibu yang lebih dahulu mendirikan majelis taklim di rumah mereka.

Kemudian Maya meneruskannya dengan mengembangkan rumah belajar. Maya membangun tempat belajar yang mewah, dengan kualitas pendidikan dan pengajaran terbaik untuk anak-anak tidak mampu. Rumah Belajar Miranda ini sifatnya sosial dan semi sosial, bagi yang tidak mampu diberikan gratis atau beasiswa.

“Karena pendidikan adalah hak semua warga negara, warga yang tidak mampu juga berhak mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Saya berharap dari Rumah Belajar Miranda ini nantinya bisa memunculkan berbagai potensi anak bangsa yang sebelumnya tidak bisa muncul karena keterbatasan kesempatan.”

“Ini sangat penting, bangsa kita akan besar jika pendidikan yang terbaik terpenuhi. Ini untuk kita semua juga, untuk generasi kita ke depan, anak-anak kita. Saya panggil guru-guru terbaik. Saya juga membeli beberapa franchise terbaik untuk belajar bahasa Inggris dan matematika lengkap dengan guru-guru yang di-training sesuai standar franchise tersebut,” ungkap Maya.

Semi sosial artinya bila mampu membayar, maka bayaran sekitar Rp 50 ribu hingga Rp. 200 ribu perbulannya dimanfaatkan untuk mensupport kegiatan sosial. Apresiasi datang dari berbagai pihak, beberapa waktu lalu Rumah Belajar Miranda dikunjungi Duta Besar Paraguay dan Duta Besar Iraq.

sumber : https://www.propertyinside.id/2018/02/25/the-art-of-business-maya-miranda/

Komentar

Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar