Maya Miranda Dorong Kemajuan Industri Pariwisata di Bengkulu

Maya Miranda Dorong Kemajuan Industri Pariwisata di Bengkulu

Berkiprah di berbagai bisnis bertahun-tahun di Jakarta, ternyata tidak membuat Maya Miranda lupa pada kampung halamannya, ia tergerak memajukan Bengkulu, terutama pariwisatannya. Wanita kelahiran 1973 ini melihat provinsi yang terletak di barat daya Pulau Sumatera ini, kurang tergarap industri pariwisatanya. Padahal banyak sekali tujuan wisata menarik di sana, tapi semuanya masih terlihat ‘perawan’.

Merasa memiliki jaringan yang luas, Maya terpanggil untuk membantu pemerintah Provinsi Bengkulu yang kini dipimpin oleh Ridwan Mukti agar lebih dikenal obyek-obyek wisatanya. Salah satu langkah awalnya adalah menyiapkan buku yang akan segera diluncurkan: Bengkulu, I Adore!.

Dalam buku tersebut Maya detil memaparkan berbagai destinasi wisata di sana. Bengkulu yang bukan saja dikenal sebagai the land of Rafflesia, tapi banyak destinasi wisata lain. “Saya ingin orang lebih mengenal Bengkulu, yang kaya keindahan floral-nya, bukan hanya ada bunga bangkai, tapi juga ada bunga majemuk terbesar di dunia atau Amorphophalus titanium, bunga majemuk tertinggi di dunia atau Amorphalus gigas, dan bunga terpanjang di dunia atau Gramatophyllum specium,” jelas ibu dua anak ini.

mayamiranda

Di Bengkulu juga lah Presiden RI Pertama, Soekarno bertemu Fatmawati. Rumah pengasingan Bung Karno menurutnya sangat menarik jika dikemas lebih apik agar wisatawan dalam dan luar lebih banyak berkunjung ke sana. Benteng Marlborough yang di dalamnya terdapat ruang intrograsi Bung Karno, dinilainya harus dikenal lebih wisawatawan lokal, bukan saja asing. Karena disanalah kita bisa mengenal sejarah pendiri negara ini. Selain tujuan wisata bersejarah, Maya juga memaparkan dalam bukunya, keindahan wisata alam Bengkulu. Antaranya Pantai Panjang, Pantai Tapak Paderi, Pantai Jakat, serta wisata perairan Pulau Tikus yang berjarak 10 mil dari Kota Bengkulu, ibu kota provinsi.

“Pantai-pantai di sana masih perawan, belum ada itu tempat berjemur seperti yang kita lihat di pantai-pantai Bali. Padahal indahnya luar biasa,” tuturnya. Ia juga ingin mendorong beberapa kegiatan budaya Bengkulu lebih dikenal dunia, seperti terkenalnya upacara Ngaben di Bali. Di Bengkulu ada Festival Tabot, salah satu kegiatan budaya yang menarik di sana. “Saya belum lama ini ke Bengkulu, diundang ke sana, melihat Festival Tabot, mirip upacaya ngelarung di Yogja, diperingati kemarin pada awal Oktober atau memasuki bulan Muharam, sayangnya sepi turis mancanegara,” tuturnya. Di Bengkulu juga ada kain batik yang dikenal dengan nama kain Besurek, yang memiliki ciri khas motif mirip huruf-huruf Arab.

Menurut Maya, Bengkulu menyimpan banyak potensi bisnis di industri pariwisata, bukan saja potensi investasi perkebunan kelapa sawit dan tambang. Ia menyebut, APBD Bengkulu yang tidak besar sekitar Rp 2,4 triliun, maka itu dibutuhkan partisipasi putra-putri daerah Bengkulu yang sudah berhasil untuk lebih memajukan potensi industri wisata di sana. “Gubernur sekarang ini masih baru, dilantik sekitar 7 bulan lalu, harus dibantu, memang ada Program Visit Bengkulu 2020, tapi ini masih lama, harus digarap dari sekarang terutama yang belum tergarap maksimal,” katanya. Contohnya, bahwa Bengkulu sebenarnya sangat terkenal dengan batu perhiasannya yang indah, red rafflesia, batu ini langka dan diburu para kolektor.

Menurut Suparhim, plt Kepala Dinas Pariwisata Bengkulu, jumlah kunjungan wisata domestik ke Bengkulu memang diakuinya masih rendah, baru 350 ribu wisatawan lokal dan 900 wisatawan mancanegara yang datang ke provinsi tersebut setiao tahun. Promosi strategis memang belum secara total dilakukan pemerintah daerah ini. “Kami akan menata kembali potensi wisata di Bengkulu ini, selain itu kami juga akan semakin aktif menyelengarakan berbagai kegiatan sehingga dapat menarik jumlah wisatawan baik dalam maupun luar negeri,” katanya.

Kerajaan Bisnis Maya

Maya selain dikenal sebagai sociopreneur, juga memiliki banyak usaha. Lulusan Fakultas Hukum Universitas Pancasila dan Master of Internasional Business dari Swinburne University of Technology ini pemilik dari PT Medeka Copper and Gold Tbk, sebuah perusahaan tambang emas yang sudah melantai di Bursa Efek Indonesia. Ibu satu putra ini juga pemilik dari perusahaan properti dan kondotel di bawah bendera PT Tri Tunggal Agung Propertindo atau dikenal dengan Tree Land. Juga pemilik dari tujuh exclusive guest houses di Pondok Indah, Kebayoran Baru dan Puncak dengna nama Elliottii, Gorjes Salon di Wolter Mongunsidi, Jakarta Selatan, Hatice Boutique di Kemang dan Pondok Indah, Elliottii Travel yang juga berlokasi di Pondok Indah.

“Alhamdulillah bisnis berjalan sangat baik, guest houes Elliottii selalu penuh, tamu-tamu kami selalu datang menginap kalau ke Jakarta. Bisnis tambang emas, saya bertumbuh sangat baik, bahkan baru saja investasi lagi di Banyuwangi melalui anak usaha PT Merdeka Copper and Gold Tbk,” jelasnya. PT Bumi Suksesindo (BSI), anak usaha PT Merdeka Copper Gold Tbk, operator tambang emas Gunung Tumpangpitu, menginvestasikan usahanya di Banyuwangi lebih dari US$ 200 juta dolar atau sekitar Rp 2,6 triliun (US$ 1 = Rp 13.000). Untuk diketahui, saat ini, Pemda Banyuwangi memiliki 6,4 persen saham di PT Merdeka Copper Gold Tbk, pemilik 99% saham PT BSI. Nilai saham Pemkab Banyuwangi yang awalnya Rp 22 miliar, kini meningkat menjadi Rp 400 miliar di perusahaan tersebut.

Selain aktif menggarap bisnis besar, Maya juga aktif mengembangkan bisnis pendidikan. Ini lebih ke sosial, menurut Maya, karena bukan keuntungan yang dikejarnya di sini, meskipun ada nilai bisnisnya. Ia memiliki Rumah Belajar Miranda. Di dalamnya masyarakat umum bisa mendapatkan berbagai pendidikan agama maupun umum yaitu Majelis Taklim Ummul Choir (kelas pemula, kelas menengah dan mahir), Taman Pendidikan Al Quran Ummul Choir (TPA kids, TPA Menengah dan Taklim Quran Lil Awlad), Kursus Mr. Math, English Education Program (EEP), kursus Calis (baca tulis), dan Taman Bacaan dan Media Library. “Semua kegiatan itu bersifat sosial dan semi sosial, sedikitnya 500 orang belajar di Rumah Belajar Miranda,” ujarnya.

Dalam mengembangkan bisnis, Maya mengaku sangat terinspirasi yang dilakukan Rasulullah Muhammad SAW. Maka itu pula yang ditekankan kepada karyawan dan relasi bisnisnya, seperti sifat sidiq (jujur), amanah (memegang kepercayaan), tabliq (keterbukaan, governance), dan fatonah (cerdas, dengan terus belajar baik formal maupun informal). Ia juga menerapkan gaya kepimpinan Asta Brata. Sebagai orang yang dilahirkan juga berdarah Jawa, dari ayah, Maya menerapkan filasat tersebut dalam memimpin bisnis.

“Ada delapan sifat anasir alam yaitu api, angin, air, tanah, matahari, bulan, bintang dan mega, itu saya turunkan dalam menjalankan bisnis,” katanya. Memberi kesejahteraan kepada bawahan seperti sifat tanah sebagai sumber penghidupan, memberi kesejukan seperti mega, berlapang dada seperti lautan, memberi arahan seperti sifat bintang dan lain-lain. Dan sebagai wanita berdarah Bengkulu, dari garis ibu, menurutnya ia mempunya sense of business kuat, tegas, berani menyampaikan apapun yang menurutnya benar, gigih, pantang menyerah dan selalu optimis.

“Meski tegas, dalam memimpin usaha saya mengedepankan kekeluargaan, sehingga karyawan merupakan bagian dari perusahaan. Sense of belonging karyawan tinggi dengan cara ini, karena dianggap sebagai keluarga,” jelasnya. Ia mengaku tidak menjaga jarak dengan bawahan, dengan bagitu menurutnya bisnis bisa berkembang. Karena inovasi dan ide bisa berkembang justru ketika karyawan tidak merasa kaku dan berjarak dengan atasan.

Sumber : http://swa.co.id/swa/trends/maya-miranda-dorong-kemajuan-industri-pariwisata-di-bengkulu

Sumber : https://mayamirandaambarsari.com/maya-miranda-dorong-kemajuan-industri-pariwisata-di-bengkulu-detail-37864