Maya Miranda Ambarsari, Bangga Support Orang jadi
Rabu, 09 November 2016
Maya Miranda Ambarsari
Bagikan

Maya Miranda Ambarsari, Bangga Support Orang jadi "Orang"

Maya Miranda Ambarsari, Wanita multitasking dan bertangan dingin sukses menekuni banyak bisnis namun itu semua tak membuatnya lupa akan sebuah kebahagiaan. Baginya, hidup bahagia adalah ketika bisa melihat orang lain menjadi ‘orang’ dan bermanfaat untuk lingkungan dan orang banyak.  “Sebab saya hanya ingin jadi orang baik dengan cara yang benar, sesuai dengan maunya Allah Swt, saya terus berusaha walaupun belum sempurna,” kata Penyandang gelar Sarjana Hukum dari Universitas Pancasila ini.

Karena itu, sebagai bentuk dari corporate culture yang dikembagkan di berbagai perusahaannya, Maya menekankan pentingnya menghargai dan bersikap lembut kepada semua orang. “Saya termasuk orang yang dekat dengan bawahan, mereka saya jadikan teman, dengan asas saling menghargai,” katanya. Tak heran jika anak buahnya sangat loyal dan menunjukkan respek yang tinggi padanya. Bahkan dalam memanggil asisten rumah tangga, Maya sering dengan memanggil layaknya teman atau saudara, ucapan “terima kasih, “tolong”, “Sayang”, seringkali terlontar dari mulutnya.

Padahal, mayoritas pekerjaan dan bisnisnya adalah membuatnya banyak bersentuhan dengan laki-laki. Beberapa bisnis yang dikelolanya seperti Property, Tambang, Salon, dan beberapa bisnis lainnya, serta Rumah Belajar Miranda. Terkait dengan Rumah Belajar Miranda, Maya menegaskan bahwa ini merupakan amanah almarhumah Ibunya. “Ketika Ibu saya meninggal, saya pindah ke Pondok Indah dan karena di rumah tersebut sudah ada majelis Taklim Ibu, maka kami teruskan sesuai dengan amanat beliau. Dan kami kembangkan menjadi Rumah Belajar Miranda, yang tidak hanya Majelis Taklim semata, tetapi ada Rumah Tahfizh, Rumah Belajar anak-anak, Belajar Yoga, Grooming, dan berbagai keterampilan lainnya, termasuk belajar keuangan.

“Juga ada fasilitas pinjam uang untuk mengembangkan usaha bagi para Ibu yang hendak menyalurkan kreatifitas berbisnis,” kata Maya yang menjadikan RBM sebagai passion dalam memberikan pelayanan kepada sesama. Dirinya juga bersyukur sudah dipilih untuk melayani mereka.  Jumlah peserta didik di RBM kini mencapai 800 orang dan majelis taklim khusus penyandang tuna rungu dan tunanetra yang jumlahnya mencapai 200 orang.

Banyaknya aktivitas bisnis yang dilakukan, tak lupa mendidik generasi penerus di berbagai bisnisnya. “Saya termasuk tipe orang yang mudah percaya, dan saya lebih baik invest dari pada sibuk dengan beragam aktivitas teknis dalam bisnis, karena saya bangga mensupport orang untuk jadi ‘orang’ dan saya senang berada di balik layar,” katanya sambil tersenyum renyah.

Semua bisnis yang mengendalikan adalah para profesional. Mereka, kata Maya, bekerja sesuai tuntutan dan dirinya hanya menerima laporan dan meeting strategis saja. “Karena saya sudah mengalami apa yang dilakukan oleh mereka, jadi saya punya feel dan paham apa yang mereka laporkan, tinggal penajaman dan sisi strategis saja yang saya perbaiki dan masih pegang kendali,” ujarnya.

Namun sesibuk apapun dirinya, keluarga tetap nomor satu. Ibu dari  Muhammad Khalifah ini juga termasuk piawai dalam memasak makanan kesukaan suaminya. “Sesibuk apapun, saya ketika di rumah harus mengurus suami dan anak, bahkan memasak makanan kesukaan mereka,” kata Istri dari Ir. Andreas Reza Nazaruddin, MH ini.

 Terkait pendidikan anak, ia lebih menitikberatkan pada pendidikan agama. “Membangun jiwa ikhlas berbagi dan mudah bergaul dengan siapa pun. “Kalau jiwa bisnis pasti akan turun dan mudah dijalankan ketika sudah ada kesempatan,” katanya. Walaupun demikian, ia kerap mengajak Sang Buah Hati ketika melihat lokasi baru untuk bisnis atau pun lokasi tambang. “Biar dia tahu ini lho pekerjaan ibunya,” katanya.

Jiwa pekerja keras dan ‘tak mau diam’ sudah ada sejak Maya belia. Maya memang orang yang senang belajar dan menikmati sekolah. Setelah lulus kuliah di Fakultas Hukum Universitas Pancasila, ia sempat menjadi lawyer di salah satu kantor hukum. Saat itu usianya masih 21 tahun. Jiwa Maya lebih condong ke bisnis sehingga ia ekolah bisnis di Swinburne University of Technology, Melbourne. Selama kuliah, ia juga tak hanya belajar saja, tapi juga bekerja sampingan, mulai di kantor konsultan, menjaga perpustakaan, menjadi model karena kebetulan warna kulitnya disenangi, atau menjadi MC karena suaranya yang berat. Selain itu, ia juga gemar memasak.

Setelah pulang ke Indonesia, Maya sempat diminta menjadi lawyer kembali di tempat yang sama, namun ia lebih suka berbisnis. Ia pun mendirikan Perusahaan yang ia pilih saat itu tidak main-main. Ia tertarik membuka perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan emas. Karena bisnis ini jarang dilakukan orang, selain sulit resikonya juga besar. Kalau sampai kalkulasinya salah, hasilnya pun bisa tak ada sama sekali dan memakan waktu menjalankannya. Memang, tentu saja kalau dilihat dari hasilnya sangat menjanjikan. Apalagi jika dikerjakan dengan benar. Ditambah lagi, sangat jarang perempuan yang memegang usaha seperti ini. Dan ternyata, Maya bersyukur kini ia bisa menjalankan perusahaan tersebut, bahkan bisa sampai go public.

Di bisnis tambang, menurut Maya, kesulitannya lebih ke masalah perizinan, penduduk yang tinggal di sekitar pertanbangan, man power, juga transfer teknologi yang kurang. Butuh waktu dan dana yang banyak untuk memulainya. Begitu pula dengan resikonya, bisa saja setelah beberapa tahun tidak menghasilkan apa-apa. Tapi bagi Maya, semuanya harus dihadapi dengan kuat.

Setelah usaha pertambangan emasnya go public, Maya melakukan diversifikasi bisnis ke properti. Alasannya, karena ia juga senang mendesain dan menata rumah atau kantor. Tadinya ia hanya sebatas membeli properti lalu disewakan. Setelah melihat peluang yang lain, ia makin serius bersama suaminya, membangun kondotel (kondominium dan hotel) di Yogyakarta, tepatnya di depan keraton, Cisarua, dan Bali. Bisnis yang dulunya ia anggap sebagai kegiatan untuk mengisi waktu saja, ternyata sekarang malah ia tekuni dengan serius. Kini, ia tengah menyiapkan berbagai produk baru di bidang property.

Komentar

Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar